Sejarah
dan Kenangan di Tugu Pahlawan di Surabaya
Semangat perjuangan pahlawan pada saat
perang Surabaya pada 10 November 1945 akan selalu diingat oleh rakyat
Indonesia. Perang yang sangat dahsyat tersebut telah mengorbankan pahlawan
kesuma bangsa melawan kekejaman tentara Inggris dan NICA yang tergabung dalam
pasukan sekutu. Mereka membombardir berbagai pusat perkotaan, pasar, mesjid,
gereja, perumahan dan sebagainya. Ribuan mayat bergelimpangan perempuan, tua
renta, dan anak-anak tidak pandang usia.
Semua itu menimbulkan
pilu yang mendalam bagi bangsa Indonesia yang tidak akan pernah dilupakan.
Kekejaman tentara Inggris tersebut akan menjadi cerita sedih masa lalu yang
menimbulkan hasrat manusia untuk mendirikan monumen untuk mengenangnya sebagai
bagian dari sejarah negeri ini.
Salah satu monumen
yang mengabadikan pengorbanan dan perjuangan bangsa Indonesia itu adalah Tugu
Surabaya. Tugu Pahlawan, adalah sebuah monumen yang menjadi markah tanah Kota
Surabaya. Monumen ini setinggi 41,15 meter berbentuk lingga atau paku terbalik.
Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10
lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung
makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945.
Monumen ini berada di
tengah-tengah kota di Jalan Pahlawan Surabaya, dan di dekat Kantor Gubernur
Jawa Timur. Tugu Pahlawan merupakan salah satu ikon Kota Surabaya sebagai Kota
Pahlawan. Berdiri di atas tanah lapang seluas 1,3 hektar, dan secara
administratif berada di wilayah Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan,
Kota Surabaya.
Monumen Tugu Pahlawan
menjadi pusat perhatian setiap tanggal 10 November mengenang peristiwa pada
tahun 1945 ketika banyak pahlawan yang gugur dalam perang kemerdekaan. Tugu ini
juga sering dikunjungi oleh para pelajar yang ingin memperdalam sejarah perang
surabaya. Banyak cerita di balik simbol dan relief yang dibuat didalam lokasi
areal Tugu Pahlawan ini.
Berdasarkan data yang
dikumpulkan dari perang Surabaya pada 10 November 1945 tersebut diperkirakan,
korban tewas akibat agresi militer Inggris itu melebihi angka 20.000, dan sebagian
terbesar adalah penduduk sipil, yang sama sekali tidak menduga akan adanya
serangan tentara Inggris. Di Pasar Turi dan sekitarnya saja diperkirakan
ratusan orang yang sedang berbelanja tewas atau luka-luka, termasuk orang tua,
wanita dan anak-anak, bahkan pasien-pasien yang rumah sakitnya ikut terkena
bom. Pelaku sejarah yang menjadi saksi mata menilai pemboman tersebut adalah
suatu kebiadaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar